Jumat, 17 April 2020

Pengertian dan Jenis Kelompok Sosial

Mantan KA UPTD
Kebutuhan hidup manusia dapat dipenuhi hanya dengan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Sering kali kebutuhan hidup tersebut harus diusahakan secara bersama-sama dengan warga masyarakat yang lain. Interaksi sosial yang terjalin melahirkan berbagai bentuk kelompok, lembaga sosial, dan organisasi sosial.

Realitas manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) tampak dari kenyataan bahwa tidak ada manusia yang dapat hidup sendirian. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia yang serba terbatas. Agar tetap bertahan hidup, manusia harus bekerja sama dengan orang lain.

1. Pengertian Kelompok
Suatu kelompok tidak hanya terdiri atas sejumlah orang saja, tetapi mereka juga mempunyai ikatan mental. Kelompok dimaknai manusia sebagai tempat berlindung dan sarana mendapatkan rasa aman.
Apabila individu merasa aman, dia akan mampu bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sekumpulan orang dapat disebut sebagai kelompok apabila memenuhi tiga alasan sebagai berikut.
  • Alasan pertama, karena setiap anggota kelompok menyadari bahwa dia merupakan bagian dari kelompok bersangkutan. Dalam suatu kelompok terdapat hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya. Hal ini menjadi konsekuensi logis dari adanya kesadaran tersebut. Karena merasa satu bagian, setiap anggota kelompok berinteraksi dengan anggota yang lain.
  • Alasan kedua, ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok. Mereka berinteraksi lebih lekat karena adanya suatu kesamaan pengalaman atau karena berhadapan dengan masalah yang sama. Tujuannya, agar mereka semua dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi. 
  • Alasan ketiga, karena kumpulan orang itu berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku. Para anggota kelompok berusaha menunjukkan pola perilaku tertentu sesuai kaidah yang mereka patuhi.

Individu membentuk kelompok berdasarkan pada tiga hal berikut.
  • Pertama, adanya keyakinan bersama akan perlunya pengelompokan dan tujuan. 
  • Kedua, harapan yang dihayati anggota kelompok. 
  • Ketiga, ideologi yang mengikat semua anggota. Kesamaan pemikiran di antara beberapa orang mendorong mereka mengelompok agar mereka nyaman dalam berinteraksi.

Para sosiolog telah melakukan klasifikasi berbagai kelompok sosial yang ada dalam masyarakat. Hasil pengkajian itu menghasilkan beberapa konsep, seperti in group dan out group, formal group dan informal group, serta membership group dan reference group.
  1. In-Group adalah kelompok social yang individu-individunya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompoknya. Dalam menunjukkan In-Group-nya dalam kehidupan sehari-hari diungkapkan dengan kalimat : kelompok saya, group saya, dsb.
  2. Out-Group adalah kelompok social yang oleh individu-individu diartikan sebagai musuh kelompoknya atau lawan In-Group. Out-Group sering sering diungkapkan dengan istilah : kelompok mereka, group mereka, kelas mereka, dsb.
  3. Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesamanya. Kriteria rumusan organisasi formal group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan mengoordinasikan usaha-usaha demi tercapainya tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat khusus.
  4. Informal Group adalah kelompok-kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi yang tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulangkali menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama. 
  5. Membership group adalah suatu kelompok sosial, di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Batas-batas fisik yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang tidak dapat ditentukan secara mutlak. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan keadaan. Situasi yang tidak tetap akan memengaruhi derajat interaksi di dalam kelompok tadi sehingga adakalanya seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan kelompok tersebut walaupun secara resmi dia belum keluar dari kelompok itu.
  6. Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan kata lain, seseorang yang bukan anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tadi. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menjadi anggota TNI, tetapi gagal memenuhi persyaratan untuk memasuki lembaga pendidikan militer. Namun, ia bertingkah laku layaknya seorang perwira TNI meskipun dia bukan anggota TNI.

2. Gemeinschaft dan Gesselschaft
Konsep paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft) dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies.  Ferdinand Tonnies seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto (1989) yang mengklasifikasi kelompok sosial menjadi dua, yaitu gemeinschaft dan gesselschaft.

a. Gemeinschaft
Pengertian paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya.

Gemeinschaft mempunyai tiga ciri, yaitu intimate, private, dan exclusive.
  • Pengertian intimate menunjuk pada suatu hubungan menyeluruh di antara anggota kelompok yang mesra sekali. 
  • Private artinya hubungan bersifat pribadi, khusus untuk orang-orang. 
  • Exclusive artinya hubungan tersebut hanyalah untuk kita saja dan tidak untuk orang-orang lain di luar kita. 
Di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban berikut.
  • Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu gemeinschaft atau paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga dan kelompok kekerabatan.
  • Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong. Misalnya kelompok arisan, rukun tetangga.
  • Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), yaitu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa, pikiran, dan ideologi yang sama. Ikatan pada paguyuban ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.

b. Gesselschaft
Patembayan (gesellschaft) adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu yang pendek. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis seperti sebuah mesin. Bentuk gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang bersifat timbal balik. Misalnya, ikatan perjanjian kerja, birokrasi dalam suatu kantor, perjanjian dagang, dan sebagainya.

Orang menjadi anggota gesselschaft karena dia mempunyai kepentingan- kepentingan secara rasional. Dengan demikian, kepentingan individual berada di atas kepentingan hidup bersama.Gesselschaft bersifat abstrak dan semu. Misalnya, kelompok orang yang sedang menyaksikan konser Siti Nurhaliza atau Iwan Fals. Hadirin tidak merasa harus saling kenal. Mereka pun tidak harus terus berkumpul setelah konser selesai.

3. Kerumunan dan Publik
Selain kelompok sosial yang teratur, juga terdapat kelompok sosial yang relatif tidak teratur. Kelompok itu berupa kerumunan (crowd) dan publik.
  1. Kerumunan adalah sekelompok individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat pada waktu yang bersamaan. Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Sedikit banyaknya jumlah kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telingan dapat mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera berakhir setelah orang-orangnya bubar. Oleh karena itu, kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer).
  2. Publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, televisi, film, dan sebagainya. Alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena jumlahnya yang sangat besar, tidak ada pusat perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga tidak ada.