Jumat, 17 April 2020

Senyuman

Cerita Hantu Menatap Dengan Senyuman

 Namaku Samsidar panggil aku Dar, kejadian ini masih ku ingat sampai sekarang walaupun sudah lewat 18 tahun yang lalu, pengalaman mistis ku yang sangat sulit aku lupakan.
Kampung Tiga Nama desa tempat aku tinggal, saat itu aku masih kelas 4 SD. Ibuku adalah wanita cantik berambut panjang, yang panjang rambutnya itu sampai se mata kaki. Sampai saat mandipun aku suka membantu memberikan shampo di rambut ibuku yang panjangnya sangat panjang itu.
Rumah kami itu berada diatas sedangkan kamar mandinya adalah kamar mandi umum yang terletak di bawah dekat sungai, yang jika setelah mengambir air dari sungai menaiki tangga yang amat curam, jarak dari tempat mandi kerumah kami sekitar 200 meter.
Kejadiannya itu pagi hari aku dibangunkan oleh ayahku untuk Sholat Subuh, tak sadar waktu menunjukkan pukul 03.30 pagi. Maksud ayahku membangunkan aku agar aku tidak telat Sholat Subuh karena biasanya aku jika dibangunkan ayahku tidur lagi, namun kali ini aku langsung saja beranjak dari tempat tidurku dan langsung mengambil handuk serta peralatan mandi, serta obor bambu untuk penerangan karena hari masih gelap.
Sambil menahan kantuk, kuberjalan pelan-pelan menuruni anak tangga kayu dari papan yang di taruh diatas tanah agar tidak longsor ketika hujan tiba, udara dingin merasuk tubuhku. Suara air terjun dekat pemandian umum itu semakin membuat hening suasana pagi dingin itu. Baru saja ku melangkah ternyata kulihat ada sosok wanita berambut panjang sedang mandi di dekat pancuran air. Ku kira ibuku namun setelah ku lihat lebih lama lagi ternyata bukan, wanita itu kulitnya putih mulus, wajahnya cantik putih namun terlihat amat pucat, sosok wanita itu sedang mencuci rambutnya.
Namun lama kelamaan aku pandangi ternyata punggung wanita itu ada luka besar dan banyak mengeluarkan darah serta seperti belatung, aku tak bisa berkata apa-apa mulutku terkunci rapat tak bisa berkata apa-apa, gigiku beradu atas bawah, kakiku gemetar. Beberapa saat kemudian sosok wanita itu menoleh kearahku, kemudian perlahan dia bangun dari posisinya semula yang duduk, rambutnya panjang dan wajahnya lama kelamaan berubah menjadi agak rusak, anehnya tubuhnya itu tidak sama dengan manusia normal, badannya panjang sampai ke dengkul, kakinya pendek sepertinya dia tidak memiliki paha. Kakinya antara mengambang dengan air dan udara tidak terlihat. Mahluk itu tertawa meringis kearah ku. Kemudian aku lari sekuat tenaga ke atas, ke arah rumahku, sambil teriak dan menangis saking takutnya aku lari kerumah, sampai mungkin 3 anak tangga ku lompati tanpa sadar untuk menuju rumah.
Sesampainya di rumah aku ditanyai oleh ayahku, apa yang sebenarnya terjadi, kuceritakan semua apa yang telah ku lihat. Setelah kejadian itu aku tidak berani lagi mandi subuh2 sendiri pasti aku mengajak kakak, atau bareng bersama ayahku.

Sumber